Senin, 20 Mei 2013
Informasi Guru Konsel: Pendaftaran Guru Kontrak Daerah tahun 2013
Informasi Guru Konsel: Pendaftaran Guru Kontrak Daerah tahun 2013: PENGUMUMAN : PENDAFTARAN DI PERPANJANG HINGGA TANGGAL 2 JANUARI 2013 Bagi guru Honor atau Guru Tidak Tetap (GTT), silahkan daftarkan diri...
Contoh Surat Lamaran & CV
Makassar, 23 Maret 2013
Hal : Lamaran Pekerjaan
Kepada Yth.,
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
Kepada Yth.,
PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
Jl. LetJen. Hertasning No. F.30 Makassar
Dengan
hormat,
Dengan ini,
perkenankan saya mengajukan diri (melamar
kerja) untuk memperoleh kepercayaan dari Bapak/Ibu selaku pimpinan PT.
Permodalan Nasional Madani (Persero) Makassar, Sulawesi Selatan.
Data singkat
saya, seperti berikut ini.
Nama :
Nasrullah Jalil
Tempat, Tanggal Lahir :
Ammegge, 04 Januari 1990
Pendidikan
Akhir : Sarjana Pendidikan
(s1)
Universitas Negeri Makassar (UNM)
Alamat : JL. Malengkeri 1 No. 8
Telepon/HP, e-mail : 081 241 917 587 (HP),
nasrullah_jalil@yahoo.com
Status
Perkawinan : Belum Menikah
Saya memiliki kondisi kesehatan yang sangat baik.
Latar belakang pendidikan saya memuaskan serta memiliki kemampuan administrasi
yang baik. Saya telah terbiasa bekerja dengan menggunakan komputer, maupun
dalam surat-menyurat. Saya memiliki kejujuran, loyalitas, senang untuk belajar,
dan dapat bekerja secara mandiri maupun dalam tim dengan baik.
Sebagai bahan pertimbangan, saya lampirkan :
- Curiculum Vitae (CV)
- Dokumen penunjang (sertifikat)
- Foto copy KTP/SIM
- Foto copy ijazah terakhir dan transkrip nilai yang dilegalisir.
- Pas foto 4x6, 1 (satu) lembar
Saya sangat
berminat untuk bekerja pada perusahaan Bapak/Ibu. Bilamana memenuhi kualifikasi
awal yang berlaku di perusahaan Bapak/Ibu, setiap saat saya bersedia mengikuti
wawancara atau tahapan seleksi berikutnya.
Demikian surat
lamaran ini, atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih
Hormat saya,
Nasrullah Jalil
CURICCULUM
VITAE
Personal identity
Nama :
Nasrullah Jalil
Tempat tanggal lahir : Ammegge, 4 Januari 1990
Alamat :
jl. Malengkeri 1 No.8
Umur : 23
years Old
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama :
Islam
Status : Belum
kawin
Tinggi : 170 cm
Berat : 55 kg
Handphone : 081 241 917 587
Pendidikan
1.
SD : SD Inp.5/81
Mallusetasi Kec.sibulue, Kab. Bone.
Selesai tahun 2002
2.
SMP/MTs : MTS Pesantren modern Biru
Kab.Bone selesai tahun 2005
3.
SMU/MAN : MAN 1 Watampone, Kab.
Bone selesai 2008
4.
Perguruan
Tinggi : Universitas Negeri Makassar
(UNM). Selesai Tahun 2012
Pengalaman kerja
-
Karyawan toko boutiq (
Bugiest distro ) tahun 2011
Pengalaman organisasi
1.
Pengurus HMJ FIK – UNM Tahun 2009
2.
Sekeretaris Umum Mahasiswa Olahraga Pencinta Alam (MAHORPALA
FIK-UNM)
Tahun 2009-2010
3.
Ketua Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UNM
Tahun Buku 2010
4.
Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Tahun 2010
5.
Pengurus organda (KEPMI BONE Koms. UNM) Tahun 2011
Jumat, 03 Mei 2013
53 Tahun PMII: Merawat Pergerakan
53 Tahun PMII: Merawat Pergerakan
Published in Artikel
Written by @tanmalika
Sekecil apa pun peristiwa bagi sebuah organisasi, ia layak untuk
ditulis. Siapa yang mampu menulis sejarahnya, dia tidak akan lekang oleh
zaman. Begitu juga dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Kehadiran PMII adalah sejarah tentang pergulatan pemikiran keislaman,
keindonesiaan, dan kemasyarakatan, sekaligus sejarah gerakan politik
mahasiswa Indonesia.
Apa yang dilakukan PMII saat ini adalah
tentang belajar merawat pergerakan secara terus menerus dengan berbagai
dinamikanya. Selain itu, juga merajut berbagai komponen sosial dan
kampus untuk memperkuat keindonesiaan.
PMII adalah organisasi
kemahasiswaan yang kini genap berusia 53 tahun (17 April 1960-17 April
2013). Didirikan oleh 13 orang dari latar belakang kampus yang berbeda,
saat ini PMII telah memiliki 227 cabang dan 25 pengurus koordinator
cabang se-Indonesia. Lahir dari rahim NU pada 17 April 1960 membuat
organisasi ini melekat dengan tradisi ke-NU-an dan kebangsaan. Kemudian,
pada 14 Juli 1972 tercetuslah Deklarasi Murnajati yang menegaskan
independensi PMII dan merupakan tonggak sejarah baru bagi PMII.
Yang menonjol pascadeklarasi independensi itu adalah adanya perubahan
paradigma dari sekadar konsolidasi ke-NU-an menuju fase pengembangan dan
pendistribusian kader-kader profesional ke berbagai ruang strategis
dengan pola pikir lebih terbuka. Rekruitmen kampus juga semakin beragam,
termasuk sumber daya manusianya. Hal lain yang menonjol dalam ruang
gerak PMII adalah pergolakan pemikiran. Hal ini membuat PMII menjadi
"teks yang terus hidup". Tak jarang, perdebatan itu menempatkan PMII
sebagai organisasi "anak nakal".
Sebelum reformasi bergulir,
pergulatan kader-kader PMII tersebar di ranah pemikiran alternatif
melalui jejaring kelompok studi, akademisi, LSM, juga kelompok gerakan
yang intens melakukan advokasi rakyat dan mengobakan aksi-aksi
perlawanan. Di era reformasi, paradigmanyapun berubah. Tantangan
terbesar adalah menyiapkan sumber daya unggulan untuk menguasai the
leading sector.
Salah satu yang membuat PMII tetap bertahan
hingga kini karena adanya seperangkat nilai dan gagasan yang terpatri
sejak lama. PMII dibentuk dengan landasan keislaman dan kebangsaan yang
keduanya tidak bisa dipisahkan. Selain itu, dalam langkahnya, PMII
selalu mengedepankan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII yang menekankan
pada aspek ketuhanan, kemanusiaan, dan kelestarian alam semesta, serta
ditopang oleh paradigma pergerakan yang menekankan cara pandang kritis,
konstruktif, dan visioner.
Dengan adanya landasan pembentuk
PMII, seperti apakah cita-cita ideal pergerakan? Cita-cita ideal
pergerakan adalah mencetak kader-kader ulul albab dan terlibat dalam
visi besar bangsa ini. Selain nilai yang melandasi PMII, dapat dilihat
juga citra diri PMII melalui ketiga format profil yang selama ini
menjadi karakter dan wajah organisasi.
Pertama, dzikir, pikir,
dan amal saleh. Kedua, takwa, intelektualitas, dan profesionalitas. Dan
ketiga, kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Jika kita melihat dari
ketiga format profil PMII, akan terlihat bahwa ruang gerak dan pemikiran
PMII tidak bisa dilepaskan dari aspek ketuhanan. Islam menjadi agama,
inspi- rasi, sekaligus pandangan hidup yang kemudian menjadi landasan
teologis pergerakan. Pengetahuan menjadi sumber gerak kedua PMII yang
notabene basis utamanya adalah kampus. Antara agama dan pengetahuan,
harus dibarengi dengan amal saleh yang memegang teguh prinsip kejujuran,
kebenaran, dan keadilan.
Kelahiran PMII, menjadi tantangan
bagi seluruh kader untuk manusia paripurna, sebagai penjaga dan pengamal
agama, mencetak kader dan pemimpin yang selaras antara kata dan
perbuatan dan menyiapkan kader yang mempunyai kompetensi dan daya saing.
Kini, setelah 53 tahun PMII harus banyak melakukan revitalisasi,
redefinisi, reaktualisasi, dan reposisi dalam berbagai hal.
Keterlibatan PMII dalam berbagai gerakan pemikiran dan aksi-aksi
kebangsaan baik itu sendiri maupun dilakukan bersama kelompok Cipayung,
merupakan penegasan akan kontribusi organisasi terhadap pembangunan
nasional. Di luar itu, PMII menata kembali format gerakannya dalam tiga
hal. Pertama, format gerakan pengembangan kampus dan mahasiswa.
Munculnya masalah-masalah yang muncul di kampus harus direspons dengan
cepat. Di antaranya, makin massifnya hedonisme, tumbuh suburnya
radikalisme agama, turunnya peningkatan prestasi akademik, dan minimnya
alternatif gagasan dan pemikiran.
Kedua, format gerakan
keagamaan yang menjadi spirit dasar PMII. Masalah yang muncul adalah
maraknya radikalisme dan konflik kekerasan atas nama agama. Ketiga,
format gerakan kebangsaan. Hal ini ditandai dengan hilangnya integritas,
moralitas, dan minimnya kapasitas para pemimpin bangsa.
Dalam
rangka menjawab persoalan di atas, ada beberapa hal yang telah dan
sedang dilakukan PB PMII. Pertama, meningkatkan kapasitas pendidikan
para kader dan pengembangan potensi akademik. Kedua, memeratakan
kegiatan dakwah di kampus serta meperbanyak dialog lintas agama. Ketiga,
merespons setiap isu strategis nasional dan lokal. Keempat, terlibat
dalam penyelesaian masalah regional ASEAN.
Sebagai catatan
penutup, PMII lahir dan berkembang bukan sebagai organisasi di
persimpangan jalan. PMII lahir dengan identitas yang jelas, sebagai
jangkar perubahan sosial bagi masa depan bangsa. Perubahan adalah nyata
dan akan terjadi pada setiap waktu. Karena itu, di tengah perubahan
performa berbagai macam organisasi, PMII pun perlu berbenah dengan
melakukan restrukturisasi, redefinisi nilai, dan reaktualisasi strategi
pengembangan PMII. Keberadaannya bersama organisasi kemahasiswaan
lainnya sangat dibutuhkan bagi bangsa ini sebagai penguat idelogi bangsa
di tengah gempuran berbagai idelogi asing.
*Artikel ini dimuat di Harian Umum Republika, 17 April 2013
Published in Artikel
Written by @tanmalika
Sekecil apa pun peristiwa bagi sebuah organisasi, ia layak untuk ditulis. Siapa yang mampu menulis sejarahnya, dia tidak akan lekang oleh zaman. Begitu juga dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Kehadiran PMII adalah sejarah tentang pergulatan pemikiran keislaman, keindonesiaan, dan kemasyarakatan, sekaligus sejarah gerakan politik mahasiswa Indonesia.
Apa yang dilakukan PMII saat ini adalah tentang belajar merawat pergerakan secara terus menerus dengan berbagai dinamikanya. Selain itu, juga merajut berbagai komponen sosial dan kampus untuk memperkuat keindonesiaan.
PMII adalah organisasi kemahasiswaan yang kini genap berusia 53 tahun (17 April 1960-17 April 2013). Didirikan oleh 13 orang dari latar belakang kampus yang berbeda, saat ini PMII telah memiliki 227 cabang dan 25 pengurus koordinator cabang se-Indonesia. Lahir dari rahim NU pada 17 April 1960 membuat organisasi ini melekat dengan tradisi ke-NU-an dan kebangsaan. Kemudian, pada 14 Juli 1972 tercetuslah Deklarasi Murnajati yang menegaskan independensi PMII dan merupakan tonggak sejarah baru bagi PMII.
Yang menonjol pascadeklarasi independensi itu adalah adanya perubahan paradigma dari sekadar konsolidasi ke-NU-an menuju fase pengembangan dan pendistribusian kader-kader profesional ke berbagai ruang strategis dengan pola pikir lebih terbuka. Rekruitmen kampus juga semakin beragam, termasuk sumber daya manusianya. Hal lain yang menonjol dalam ruang gerak PMII adalah pergolakan pemikiran. Hal ini membuat PMII menjadi "teks yang terus hidup". Tak jarang, perdebatan itu menempatkan PMII sebagai organisasi "anak nakal".
Sebelum reformasi bergulir, pergulatan kader-kader PMII tersebar di ranah pemikiran alternatif melalui jejaring kelompok studi, akademisi, LSM, juga kelompok gerakan yang intens melakukan advokasi rakyat dan mengobakan aksi-aksi perlawanan. Di era reformasi, paradigmanyapun berubah. Tantangan terbesar adalah menyiapkan sumber daya unggulan untuk menguasai the leading sector.
Salah satu yang membuat PMII tetap bertahan hingga kini karena adanya seperangkat nilai dan gagasan yang terpatri sejak lama. PMII dibentuk dengan landasan keislaman dan kebangsaan yang keduanya tidak bisa dipisahkan. Selain itu, dalam langkahnya, PMII selalu mengedepankan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII yang menekankan pada aspek ketuhanan, kemanusiaan, dan kelestarian alam semesta, serta ditopang oleh paradigma pergerakan yang menekankan cara pandang kritis, konstruktif, dan visioner.
Dengan adanya landasan pembentuk PMII, seperti apakah cita-cita ideal pergerakan? Cita-cita ideal pergerakan adalah mencetak kader-kader ulul albab dan terlibat dalam visi besar bangsa ini. Selain nilai yang melandasi PMII, dapat dilihat juga citra diri PMII melalui ketiga format profil yang selama ini menjadi karakter dan wajah organisasi.
Pertama, dzikir, pikir, dan amal saleh. Kedua, takwa, intelektualitas, dan profesionalitas. Dan ketiga, kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Jika kita melihat dari ketiga format profil PMII, akan terlihat bahwa ruang gerak dan pemikiran PMII tidak bisa dilepaskan dari aspek ketuhanan. Islam menjadi agama, inspi- rasi, sekaligus pandangan hidup yang kemudian menjadi landasan teologis pergerakan. Pengetahuan menjadi sumber gerak kedua PMII yang notabene basis utamanya adalah kampus. Antara agama dan pengetahuan, harus dibarengi dengan amal saleh yang memegang teguh prinsip kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
Kelahiran PMII, menjadi tantangan bagi seluruh kader untuk manusia paripurna, sebagai penjaga dan pengamal agama, mencetak kader dan pemimpin yang selaras antara kata dan perbuatan dan menyiapkan kader yang mempunyai kompetensi dan daya saing. Kini, setelah 53 tahun PMII harus banyak melakukan revitalisasi, redefinisi, reaktualisasi, dan reposisi dalam berbagai hal.
Keterlibatan PMII dalam berbagai gerakan pemikiran dan aksi-aksi kebangsaan baik itu sendiri maupun dilakukan bersama kelompok Cipayung, merupakan penegasan akan kontribusi organisasi terhadap pembangunan nasional. Di luar itu, PMII menata kembali format gerakannya dalam tiga hal. Pertama, format gerakan pengembangan kampus dan mahasiswa. Munculnya masalah-masalah yang muncul di kampus harus direspons dengan cepat. Di antaranya, makin massifnya hedonisme, tumbuh suburnya radikalisme agama, turunnya peningkatan prestasi akademik, dan minimnya alternatif gagasan dan pemikiran.
Kedua, format gerakan keagamaan yang menjadi spirit dasar PMII. Masalah yang muncul adalah maraknya radikalisme dan konflik kekerasan atas nama agama. Ketiga, format gerakan kebangsaan. Hal ini ditandai dengan hilangnya integritas, moralitas, dan minimnya kapasitas para pemimpin bangsa.
Dalam rangka menjawab persoalan di atas, ada beberapa hal yang telah dan sedang dilakukan PB PMII. Pertama, meningkatkan kapasitas pendidikan para kader dan pengembangan potensi akademik. Kedua, memeratakan kegiatan dakwah di kampus serta meperbanyak dialog lintas agama. Ketiga, merespons setiap isu strategis nasional dan lokal. Keempat, terlibat dalam penyelesaian masalah regional ASEAN.
Sebagai catatan penutup, PMII lahir dan berkembang bukan sebagai organisasi di persimpangan jalan. PMII lahir dengan identitas yang jelas, sebagai jangkar perubahan sosial bagi masa depan bangsa. Perubahan adalah nyata dan akan terjadi pada setiap waktu. Karena itu, di tengah perubahan performa berbagai macam organisasi, PMII pun perlu berbenah dengan melakukan restrukturisasi, redefinisi nilai, dan reaktualisasi strategi pengembangan PMII. Keberadaannya bersama organisasi kemahasiswaan lainnya sangat dibutuhkan bagi bangsa ini sebagai penguat idelogi bangsa di tengah gempuran berbagai idelogi asing.
*Artikel ini dimuat di Harian Umum Republika, 17 April 2013
Langganan:
Postingan (Atom)