Makalah
HAMBATAN-HAMBATAN PADA PSIKOLOGI
REMAJA DALAM PENDIDKAN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Kuliah
Psikologi Umum Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) 3 Semester II
OLEH:
HARIDAS
08.3T.0101
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) WATAMPONE
TAHUN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT atas taufik dan perkenaan-Nya makalah ini dapat terselesaikan
sekalipun jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari mahkluk yang
jahiliyah menuju mahkluk yang berfikir. Nabi sebagai sang Revolusioner sejati
bagi umat islam.
Selanjutnya, makalah yang ada
dihadapan pembaca merupakan wahana pembelajaran dalam rangka memperkaya
referensi dan acuan, bacaan dalam melakukan proses belajar mengajar.
Sekalipun kehadiran makalah ini agak
jauh dari kesempurnaan, namun bagaimanapun keberadaan makalah ini perlu
disikapi sebagai bagian dari usaha penulis dalam upaya memberikan kontribusi
positif bagi kelangsungan pembelajaran ini terkhusus mengenai sosiologi
pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini, tentu
saja tidak terlepas dari berbagai pihak, terutama kepada penulis yang telah
banyak merelakan waktu dan tenaganya. Juga kami telah mensistematiskan
tulisan-tulisan yang diambil dari beberapa literatur untuk dimasukkan dalam
makalah ini.
Akhirnya kepada yang maha kuasa kami
berharap dan berdoa, semoga memberikan balasan yang layak kepada semuanya,
serta mudah-mudahan makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua, Amin...!
Wallahul muafieq Ila Aqwamith
Thorieq
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Watampone,
23 Juni,2012
Penyusun
ii
|
DAFTAR
ISI
SAMPUL JUDUL i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah...........................................................................
2
C.
Tujuan
Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar.................................... 3
B.
Usaha-Usaha
Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar......................... 16
C.
Faktor-Faktor
Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja................. 19
D.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya
Peran Psikologi di Sekolah............................................................. 21
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.................................................................................... 24
B.
Saran.............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
iii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang
lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat
menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu
remaja tersebut harus mendapatkan perhatian khusus,baik oleh dirinya
sendiri,orang tua,dan masyarakat sekitar.
Dalam berbagai literatur tentang pendidikan agama Islam,
dikemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar atau asuhan
terhadap siswa agar dapat memahami apa yang terkandung di dalam ajaran Islam
secara keseluruhan. Memahami ajaran Islam dimulai dengan menghayati makna dan
tujuan hidup, maka pada akhirnya diharapkan dapat mengamalkan dan menjadikan
ajaran-ajaran Islam sebagai pendangan hidup, sehingga dapat memperoleh
keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Pendidikan agama Islam merupakan bagian pendidikan yang sangat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak
dan keagamaan.[1]
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam ditujukan untuk membina mental dan
spiritual siswa agar dapat mengarahkannya
pada perilaku yang baik dan mulia
serta dapat merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
1
|
Remaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat di perkirakan bahwa
gambaran kaum remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang,
baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual,
dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan
prilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung
kepada remaja sekarang.[2]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
2.
Bagaimanakah usaha-usaha
dalam mengatasi kesulitan belajar?
3.
Faktor-faktor
apa sajakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
4. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi
kerumitan dan luasnya peran psikolog di sekolah?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2.
Untuk
mengetahui usaha-usaha dalam mengatasi kesulitan belajar.
3.
Untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.
4.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerumitan dan luasnya peran
psikologi di sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Perubahan tingkah laku dan perubahan itu
tergantung dari sifat dan kondisi lingkungan serta pengalaman yang diperoleh.
Dalam proses belajar perubahan tingkah laku tidak terjadi sepenuhnya, hal ini
dimungkinkan karena adanya faktor yang tidak mendukungnya.
Semakin banyak faktor yang mendukung dari
faktor belajar akan semakin besar perubahan yang diharapkan, dan semakin kurang
faktor yang mendukungnya akan semakin sulit pula terjadi perubahan tingkah
laku.
Dengan demikian, maka dalam proses belajar
mengajar diperlukan beberapa perangkat agar dapat terjadi perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Oleh karena itu perlu untuk diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh Wasty Soemanto
bahwa :
Perkembangan pribadi manusia merupakan hasil
dari proses kerjasama antara hereditas (pembawaan) dan environment
(lingkungan), tipe pribadi itu merupakan perpaduan atas konvergensi dari
faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal (lingkungan) termasuk
pendidikan.[3]
Bertolak dari pendapat tersebut di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa secara garis besarnya ada dua faktor yang berpengaruh
terhadap pencapaian hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Untuk lebih jelasnya kedua faktor tersebut di atas akan diuraikan
sebagai berikut :
1. Faktor
Internal
3
|
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang sangat
berpengaruh terhadap kondisi belajarnya, siswa yang kurang sehat, keadaan
fisiknya lemah, gangguan kesehatan lainnya, tidak dapat berkonsentrasi dalam
belajarnya, sehingga hal ini bisa mengakibatkan materi pelajaran sukar untuk
diterima dengan baik. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad bahwa "kelesuan dan kebosanan
mengakibatkan manusia kehilangan minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu".[4]
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah salah
satu hal yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna terhadap tubuh atau
badan, kadang cacat tubuh juga mempunyai pengaruh terhadap belajar karena siswa
yang mengalami cacat tubuh, cara belajarnya terganggu. Jika hal ini terjadi
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan tersebut.
c. Inteligensi
Menurut Wechler yang
dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa : "Inteligensi adalah suatu
kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah
secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien." [5]
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar dalam situasi yang sama dan merupakan suatu aspek yang dapat menentukan
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Siswa yang mempunyai inteligensi
yang tinggi akan dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dan secara
potensial dapat meraih prestasi dalam usaha belajar yang dilakukan dari pada
siswa yang mempunyai inteligensi yang rendah. Walaupun demikian tingkat
inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar, hal ini disebabkan
karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya.
d. Perhatian
Perhatian merupakan faktor yang berpangaruh
terhadap keberhasilan belajar siswa, apabila seorang siswa memiliki perhatian
penuh terhadap apa yang dipelajarinya maka hal tersebut dapat mendukung hasil
belajar yang baik sebaliknya jika siswa tidak memiliki perhatian terhadap apa
yang dipelajarinya, maka dapat menimbulkan kebosanan, kemalasan yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar.
e. Bakat
Bakat merupakan salah satu potensi yang dapat
mempengaruhi keberhasilan seseorang pada suatu aktivitas. Setiap orang memiliki
bakat yang berbeda dengan orang lain dalam arti berpotensi untuk mencapai
prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Bakat seseorang itu dipengarhi konstitusi
karakternya, bahkan ada kalanya bakat itu dibangun oleh karakternya. Bakat itu
sendiri sifatnya hereditas, artinya telah dibawa sejak lahir, dan merupakan
kecakapan yang khusus, yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman.[6]
f. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[7]
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar, bila bahan pelajaran
yang disajikan atau diberikan tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa
tersebut tidak dapat berkonsentrasi dengan sebaik-baiknya, karena tidak
mempunyai daya tarik.
g. Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk
melakukan sesuatu seperti pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan
yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya
seesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan
bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar diri (lingkungan),
misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang
yang belajar motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Sebaliknya, belajar dengan
motivasi yang lemah, akan malas dan bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas
yang berhubungan dengan pelajaran.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut
mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar
perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai
cita-cita.[8]
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang
bersumber dari luar seseorang yang dapat mempengaruhi belajar, Slameto
mengemukakan:
Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kelas ataupun diluar kelas sebagai
faktor yang berasal dari luar diri dapat digolongkan menjadi tiga golongan
yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.[9]
Faktor-faktor tersebut sebagaimana yang
dikemukakan oleh Slameto adalah sebagai berikut :
a. Faktor keluarga
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas
masa depan perkembangan anak-anaknya sudah sewajarnyalah mengatur hal-hal yang
dapat meningkatkan keberhasilan belajar anak-anaknya. Dengan mengetahinya akan
mudahlah orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat memberikan
motivasi kepada anak-anaknya tentang hal-hal yang baik. Sebab kebanyakan anak
akan memperhatikan hal-hal yang baik haruslah melakukan hal-hal yang baik pula.
Pengaruh keluarga meliputi beberapa faktor, yaitu:
1)
Cara orang tua mendidik
Orang tua adalah orang yang pertama dan utama
dimana anak-anak memperoleh pendidikan, mulai dari lahirnya, bahkan sejak dalam
kandungan anak itu sudah diberikan pendidikan oleh orang tua. Cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar
anak. Oleh karena itu keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, misalnya karena acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak
memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam
belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat
belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu
bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam
belajar dan lain-lain, yang kesemuanya itu dapat menyebabkan anak kurang/tidak
berhasil dalam belajarnya. Lagi pula mendidik anak dengan cara memanjakan
adalah cara mendidik yang kurang baik.
2)
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya
dengan keberhasilan belajar anak-anak yang sedang belajar. Selain harus
terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, perlindungan, kesehatan dan
lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar dan fasilitas belajar itu hanya
dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam
keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak tidak terpenuhi, akibatnya kesehatan
anak terganggu. Akibatnya yang lain, anak selalu dirundung kesedihan sehingga
anak merasa minder dengan temannya. Hal ini sangat mengganggu belajar anak.
Bahkan terkadang anak harus bekerja keras mencari nafkah guna membantu orang
tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja. Justru dengan
keadaan tersebut menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya
menjadi sukses dalam belajar.
3)
Latar belakang pendidikan
Makin tinggi pendidikan orang tua, makin tinggi
pula kesadaran akan pentingnya pendidikan anak-anaknya. Orang tua yang memiliki
pendidikan yang tinggi akan mudah pula untuk membagi pengalaman belajarnya
terhadap anak-anaknya.
b. Faktor Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal
yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar anak. Faktor sekolah yang
mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, keadaan gedung dan metode belajar.
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan
yang harus dilalui dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Oemar Hamalik
adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
sehingga menciptakan kesempatan kepada anak untuk melakukan proses belajar
secara efektif.[10]
Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode
mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang
baik itu akan terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau
sikap guru terhadap siswa dan aau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak
baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya
siswa malas untuk belajar.
2) Kurikulum
Hilda Taba mengemukakan tentang pengertian
kurikulum yang dikutip oleh Drs. H. M. Ahmad, sebagai berikut :
Kurikulum adalah pernyataan tentang
tujuan-tujuan pendidikan yang besifat umum dan khas dan materinya dipilih dan
diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan
mengajar.[11]
Jelasnya bahwa kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang dapat menunjang keberhasilan belajar itu sendiri. Oleh karena
itu kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya,
kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan
bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa sistem instruksional
sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa.
Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang
mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru
dengan siswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses
belajar itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya
dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa
akan meyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya
sehingga siswa berusaha untuk mempelajari sebaik-baiknya. Hal itu dapat terjadi
sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia akan malas untuk mengikuti
pelajaran yang diberikan akibatnya pelajarannya tidak maju.
4) Relasi siswa dengan siswa
Guru yang
kurang mendekati siswa akan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam
kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak
terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah
laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau
sering mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih
lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan berbagai alasan yang tidak
jelas karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari
teman-temannya. Jika hal itu terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan
bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan
kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah
mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
keberhasilan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
Kedisiplinan sekolah dalam mengeola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan
kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju,
siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di
perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin
pula.
6) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat
kaitannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh
guru pada waktu mengajar, dipakai pula siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasianya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju.
7) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi
karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus
memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan
baik, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
Oleh karena itu, keadaan gedung sangat
berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
8) Metode mengajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang
salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat
dan efektif maka hasil belajar pun akan maksimal. Juga di dalam pembagian waktu
belajar, kadang-kadang siswa belajar tidak teratur atau terus menerus, karena
besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang istirahat, maka
akibatnya siswa dapat jatuh sakit. Belajar secara teratur itu sangat perlu.
Belajar teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara
belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.[12]
c. Faktor lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa.
Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian berikut ini penulis membahas
tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar.
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat
menguntungkan terhadap perkembangan peribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian
dalam kegiatan masyaraakt yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi,
kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu,
lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop,
radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku dan lain-lain. Semuanya itu
ada beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik
terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek
juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton
film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, percabulan, akan
cenderung untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena
pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang
tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur
sama sekali.
Maka perlulah kiranya siswa mendapat bimbingan
dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
a. Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siwa lebih
cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik
akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
Teman bergaul yang tidak baik misalnya suka
begadang, keluyuran, pecandu rokok, senang menonton film porno, minum-minum
lebih-lebih teman bergaul lawan jenis yang amoral, pemabuk dan lain-lain,
pastilah akan menyeret siswa ke tempat bahaya dan pastilah belajarnya jadi
berantarakan.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka
perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan
pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik
harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga jangan tertalu lemah).
b. Bentuk kehidupan
masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada di situ. Siswa tertarik
untuk ikut beruat seperti apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya.
Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar
karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke
perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya yang
tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang
terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya,
antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, siswa terpengaruh
juga ke hal-hal yang dilakukan oleh
orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat
siswa untuk belajar lebih giat lagi.[13]
Dengan demikian masyarakat sangat besar
pengaruhnya terhadap belajar siswa, demikian pula siswa akan menjadi anggota
bermacam-macam golongan dalam masyarakat. Masyarakat menurut H. Abu Ahmadi
adalah "suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya".[14]
B.
Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar erat sekali dengan
peranan guru. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan dukungan belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi pada diri siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.
Usaha untuk mengatasi kesulitan belajar yang
dihadapi siswa harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis (pemeriksaan yang
dianggap tidak beres)[15]
dan remedies yaitu melalui proses pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar
yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan remedies atau perbaikan sehingga
masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi.
Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar
tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengindentifikasi
adanya kesulitan belajar
Pada langkah pertama ini guru harus
mengidentifikasi atau menetapkan adanya kesulitan belajar pad diri siswa.
Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar tersebut tidak boleh
berdasarkan naluri belaka, tetapi harus didasarkan pada pengetahuan dan
pengalaman.
Oleh karena itu, makin luas pengetahuan guru
tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam
mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru tersebut dalam
melaksanakan langkah pertama dari diagnosis kesulitan belajar itu.
Sebagai pedoman untuk menetapkan adanya
kesulitan belajar guru dapat menggunakan hasil-hasil post-test dan catatan
perilaku siswa yang menyimpang selama dua atau tiga kali pertemuan. Siswa yang
selama periode tersebut memperoleh nilai-nilai hasil post-test yang rendah dan
ada tanda-tanda menunjukkan perilaku yang menyimpang mereka itu jelasnya siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Jadi langkah pertama ini diakhiri setelah
memperoleh kepastian siapa-siapa siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b. Menelaah atau
menetapkan status siswa
Setelah guru
mengidentifikasi dan memperoleh kepastian tentang siapa-siapa saja yang
mengalami kesulitan dalam belajar, maka pada langkah kedua ini guru selanjutnya
akan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut.
Tujuan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang dimaksudkan pada langkah kedua
ini ialah untuk menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami
oleh setiap siswa.
Untuk memastikan jenis atau kesulitan
masing-masing siswa dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan
membangingkan hasil pencapaian atau penguasaan TIK (Tujuan Instruksinal Khusus)
hasil belajar siswa dengan TIK yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa.
Dengan cara ini dapat ditetapkan bagian-bagian mana atau hal-hal apa saja dari
konsep atau materi pelajaran yang disampaikan guru yang sulit dikuasai oleh
masing-masing siswa. Kemudian yang kedua, dilakukan dan menetapkan bentu
kesulitan mereka dalam proses belajarnya, apakah sumber kesulitan tersebut
terjadi pada waktu menerima atau pada waktu menyerap pelajaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dari langkah
kedua inilah setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dipastikan
jenis dan bentuk kesulitan belajarnya masing-masing.
c. Memperkirakan sebab
terjadinya kesulitan
Setelah jelas jenis atau
bentuk kesulitan yang dihadapi setiap iswa dalam proses belajarnya maka pada
tahap ketiga ini guru harus berusaha untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan
tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk
menetapkan sebab kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat
diagnostik kesulitan belajar. Alat tersebut dapat berupa test diagnostik dan
test-test untuk mengukur kemampuan
inteligensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya
dengan proses belajar.
Berdasarkan informasi dari hasil test tersebut
dapat ditetapkan penyebab kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa dalamproses
belajarnya, apakah karena alat inderanya yang kurang baik; ingatannya lemah;
kecerdasannya kurang; kurang matang untuk belajar karena kurang menguasai
konsep dasar yang dipelajari; kurang motivasi dan sebagainya.
d. Mengadakan
perbaikan
Dengan mengetahui sebab
kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak
untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh mereka.
Strategi pelaksanaan yang
ditempuh guru dalam mengadakan perbaikan ini harus dilakukan melalui pendekatan
didaktis, yaitu: pertama, siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor
kesulitan atau kekurangan mereka. Kedua mereka yakin bahwa kekurangan mereka
dapat mereka atasi.
Kedua kondisi psikilogis
siswa tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa dengan melalui bimbingan dan
kebijakan guru. Dan berdasarkan petunjuk dan kebijakan guru itu pulalah
prosedur ketiga dilaksanakan yaitu sisw dibimbing untuk mengadakan perbaikan
sesuai dengan sebab dan kondisi yang mereka alami.
C.
Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja
Dalam
menghadapi situasi yang demikian remaja sering kali memiliki jiwa yang
lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial
serta norma hidup dimasyarakat oleh karena itu remaja akan cenderung mempunyai
tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan tindakkan yang tidak pantas.
Bentuk-bentuk kenakalan
remaja itu berbeda, dalam hal ini Prof.Dr.Zakiyah Daradjat menyatakan:
Dinegara kita persoalan ini sangat menarik perhatian, kita dengar anak belasan
tahun berbuat jahat, menganggu ketentraman umum misalnya: mabuk-mabukan, kebut
kebutan dan main-main dengan wanita.[16]
Apakah yang menimbulkan
kenakalan remaja tersebut? Barangkali jawaban pertanyaan inilah yang dapat
dipakai sebagai landasan berpijak untuk menemukan berbagai aternatif
pemecahannya. Dalam bukunnya “Kesehatan Mental” mengemukakan beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
- Kurang pendidikan
- Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan
- Kurang teraturnya pengisian waktu
- Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi
- Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik
- Menyusutnya moral dan mental orang dewasa
- Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik
- Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.[17]
Adapun
gejala-gejala kenakalan remaja atau siswa yang di lakukan di sekolah jenisnya
bermacam-macam, dan bisa di golongkan kedalam bentuk kenakalan yang berbentuk
kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan adalah:
- Tidak patuh kepada orang tua dan guru
- Lari atau bolos dari sekolah
- Sering berkelahi
- Cara berpakaian yang tidak sopan
Meskipun
kenakalan yang terjadi masih dalam bentuk kenakalan yang ringan hal itu sudah
termasuk dalam kurangnya penghayatan dan pemahaman terhadap nilai-nilai
pendidikan agama islam yang di ajarkan oleh guru agama. Dan hal itu merupakan
sifat yang tercela dan tidak mencerminkan etika ajaran agama islam yang baik.
Beberapa faktor
penyebab kenakalan remaja yang tampak dalam kutipan di atas dapat diamati bahwa
faktor-faktor tersebut bersumber pada tiga keadaan yang terjadi dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karna itu upaya untuk
mengatasinya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, guru di sekolah
dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan di
sekolah, sampai saat ini masih merupakan wahana sentral dalam mengatasi
berbagai bentuk kenakalan remaja yang terjadi. Oleh karna itu segala apa yang
terjadi dalam lingkungan di luar sekolah, senantiasa mengambil tolak ukur aktivitas
pendidikan dan pembelajaran sekolah. Hal seperti ini cukup disadari oleh para
guru dan pengelolah lembaga pendidikan, dan mereka melakukan berbagai upaya
untuk mengantisipasi dan memaksimalkan kasus-kasus yang terjadi akibat
kenakalan siswanya melalui penerapan tata tertib pembelajaran moral, agama dan
norma-norma susila lainnya.
Oleh karma itu
kedudukan guru terutama guru agama memiliki peran yang sangat penting dalam
turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab guru agama merupakan
sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan menanamkan
norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala
tindakan yang dilakukan baik di dunia maupun di akherat.
D.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di sekolah
1. Tingkat Pelayanan (Jack I. Baron (1982),)
ü Tingkat I (psikodiagnostik);
meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang
memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut.
ü Tingkat II (klinis dan
konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh,
yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen
yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah
kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
ü Tingkat III (indusrti dan
organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut
kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta
pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan
edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta
urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam
masyarakat.
2. Kegiatan professional
Berpartisipasi dalam
diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan pelacakan
kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi pelayanan,
maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan tingkat rendah
hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi lebih bervariasi
fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang bervariasi juga, berdasar
kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat psikolognya.
3. Klien langsung
Berhadapan dengan:
- Murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas
- Guru secara perorangan, kelompok guru
- Tenaga administrasi
4. Tingkat program pendidikan
Terdapat kesulitan dan
kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari aspek
kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan
murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi
dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta
perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5. Kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk lain dari fungsi
dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada ciri-ciri khas,
formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah, suku/agama/ ras/
golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Ø
Psikolog Masyarakat
Dalam hal ini psikolog
masyarakat berfungsi sebagai konsultan luar yang membantu mengembangkan,
menyusun program, mendirikan, dan mengevaluasi program pendidikan, bekerjasama
dengan personalia sekolah.
Ø
Psikolog Pendidikan
Seorang psikolog
pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami perbedaan
individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki dan
perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu psikolog
pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur
mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu
penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi
sekolah.
Ø
Peran Dalam Pengukuran dan Evaluasi
a. Pengukuran kesiapan pendidikan; meliputi kemampuan dan keterampilan sebagai
prasyaratan yang memungkinkan fasilitas pendidikan pada tingkat pelajaran
dengan tes potensi akademik atau tes kemampuan belajar.
b. Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
v Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik bagi guru dan siswa, atas keberhasilan
atau kegagalan dalam pelajaran atau keperluan perbaikan proses
pengajaran.
v Fungsi adminisrtatif, meliputi; seleksi dan penempatan sebagai sarana untuk
menaring siswa dalam memenuhi prasyarat yang dibutuhkan atau memasukkan siswa
dalam tingkat kelas tertentu,.
v Fungsi bimbingan,tes juga dapat dijadikan sebagai alat diagnostic
psikoedukasional dalam bentuk bimbingan,yang dapat digunakan saat memilih
jurusan diperguruan tinggi, menemukan kemampuan-kemampuan yang belum tampak
sebelumnya.
Ø
Psikologi Proses Mengajar-Belajar
a. Agar mempermudah dan mengarahkan proses belajar bagi siswa
b. Tugas-tugas diatur dalam urutan yang optimal yang membentuk hirarki
belajar.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal.
2.
Usaha-usaha
dalam mengatasi kesulitan belajar yakni; mengidentifikasi adanya kesulitan
belajar, menelaah atau menetapkan status siswa, memperkirakan sebab terjadinya
kesulitan,dan mengadakan perbaikan.
3.
Faktor-faktor
yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu kurangnya pendidikan, kurang pengertian
orang tua tentang pendidikan, kurang teraturnya pengisian waktu, tidak
stabilnya keadilan sosial,politik dan ekonimi, banyaknya film dan buku –buku
bacaan yang tidak baik, menyusutnya moral dan mental orang dewasa, pendidikan
dalam sekolah yang kurang baik, serta kurangnya perhatian masyarakat dam
pendidikan anak.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kerumitan dan luasnya peran psikologi di sekolah yakni;
diliaht dari tingkat pelayanan yang diterapkan di sekolah, kegiatan
profesionl,klien langsung yang ditemui, tingkat program pendidikan yang
diterapkan dilingkungan sekolah, serta kekhasan lingkungan masyarakat dan
sekolah.
B.
Saran
Adapun dalam penyusunan makalah ini,
makalah ini masih disertai dengan banyak kekurangan, baik dari segi penulisan
maupun teori pembahasannya. Maka dari itu, penyusun banyak mengharapkan saran,
masukan, atau kritikan dari pembaca. Terimah kasih dan wassalam.
24
|