Jumat, 07 November 2014

Makalah HAMBATAN-HAMBATAN PADA PSIKOLOGI REMAJA DALAM PENDIDKAN

Makalah
HAMBATAN-HAMBATAN  PADA PSIKOLOGI
 REMAJA DALAM PENDIDKAN


 








      Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Psikologi Umum Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) 3 Semester II



OLEH:

HARIDAS
08.3T.0101



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) WATAMPONE
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan perkenaan-Nya makalah ini dapat terselesaikan sekalipun jauh dari kesempurnaan. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita dari mahkluk yang jahiliyah menuju mahkluk yang berfikir. Nabi sebagai sang Revolusioner sejati bagi umat islam.
            Selanjutnya, makalah yang ada dihadapan pembaca merupakan wahana pembelajaran dalam rangka memperkaya referensi dan acuan, bacaan dalam melakukan proses belajar mengajar.
            Sekalipun kehadiran makalah ini agak jauh dari kesempurnaan, namun bagaimanapun keberadaan makalah ini perlu disikapi sebagai bagian dari usaha penulis dalam upaya memberikan kontribusi positif bagi kelangsungan pembelajaran ini terkhusus mengenai sosiologi pendidikan.
            Dalam penyusunan makalah ini, tentu saja tidak terlepas dari berbagai pihak, terutama kepada penulis yang telah banyak merelakan waktu dan tenaganya. Juga kami telah mensistematiskan tulisan-tulisan yang diambil dari beberapa literatur untuk dimasukkan dalam makalah ini.
            Akhirnya kepada yang maha kuasa kami berharap dan berdoa, semoga memberikan balasan yang layak kepada semuanya, serta mudah-mudahan makalah ini dapat bermamfaat bagi kita semua, Amin...!
            Wallahul muafieq Ila Aqwamith Thorieq
            Assalamu Alaikum Wr. Wb

                                                                          Watampone, 23 Juni,2012

                                                                                    Penyusun

      ii
 
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL                                                                                                  i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB  I PENDAHULUAN                                                                                  
A.    Latar Belakang Masalah................................................................... 1           
B.     Rumusan Masalah........................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB  II PEMBAHASAN                                                                                   
A.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.................................... 3
B.     Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar......................... 16
C.     Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kenakalan Remaja................. 19
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya
Peran Psikologi di Sekolah............................................................. 21
BAB  III PENUTUP
A.    Kesimpulan.................................................................................... 24
B.     Saran.............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA         










      iii
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Remaja adalah generasi penerus yang akan membangun bangsa ke arah yang lebih baik yang mempunyai pemikiran jauh ke depan dan kegiatannya yang dapat menguntungkan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Maka dari itu remaja tersebut harus mendapatkan perhatian khusus,baik oleh dirinya sendiri,orang tua,dan masyarakat sekitar.
Dalam berbagai literatur tentang pendidikan agama Islam, dikemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar atau asuhan terhadap siswa agar dapat memahami apa yang terkandung di dalam ajaran Islam secara keseluruhan. Memahami ajaran Islam dimulai dengan menghayati makna dan tujuan hidup, maka pada akhirnya diharapkan dapat mengamalkan dan menjadikan ajaran-ajaran Islam sebagai pendangan hidup, sehingga dapat memperoleh keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Pendidikan agama Islam merupakan bagian pendidikan yang sangat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dan keagamaan.[1] Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam ditujukan untuk membina mental dan spiritual siswa agar dapat mengarahkannya  pada  perilaku yang baik dan mulia serta dapat merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat.
       1
Setiap orang menyadari bahwa harapan di masa yang akan datang terletak pada putra putrinya, sehingga hampir setiap orang berkeinginan agar putra putrinya kelak menjadi orang yang berguna. Oleh karna itu perlu pembinaan yang terarah bagi putra putrinya sebagai generasi penerus bangsa, sehingga mereka dapat memenuhi harapan yang di cita-citakan. Pembinaan dan pengembangan generasi muda dilakukan secara nasional, menyeluruh dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan generasi muda merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat, pemuda dan pemerintah serta di tunjukkan untuk meningkatkan kualitas generasi muda.
Remaja adalah masyarakat yang akan datang. Dapat di perkirakan bahwa gambaran kaum remaja sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang, baik buruknya bentuk dan susunan masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, dan derajat kemajuan prilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung kepada remaja sekarang.[2]

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja  faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
2.      Bagaimanakah usaha-usaha dalam mengatasi kesulitan belajar?
3.      Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan kenakalan remaja?
4.      Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi kerumitan dan luasnya peran psikolog di sekolah?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2.      Untuk mengetahui usaha-usaha dalam mengatasi kesulitan belajar.
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan remaja.
4.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerumitan dan luasnya peran psikologi di sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Perubahan tingkah laku dan perubahan itu tergantung dari sifat dan kondisi lingkungan serta pengalaman yang diperoleh. Dalam proses belajar perubahan tingkah laku tidak terjadi sepenuhnya, hal ini dimungkinkan karena adanya faktor yang tidak mendukungnya.
Semakin banyak faktor yang mendukung dari faktor belajar akan semakin besar perubahan yang diharapkan, dan semakin kurang faktor yang mendukungnya akan semakin sulit pula terjadi perubahan tingkah laku.
Dengan demikian, maka dalam proses belajar mengajar diperlukan beberapa perangkat agar dapat terjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan. Oleh karena itu perlu untuk diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang. Sebagaimana dikemukakan oleh Wasty Soemanto bahwa :
Perkembangan pribadi manusia merupakan hasil dari proses kerjasama antara hereditas (pembawaan) dan environment (lingkungan), tipe pribadi itu merupakan perpaduan atas konvergensi dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal (lingkungan) termasuk pendidikan.[3]
Bertolak dari pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besarnya ada dua faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Untuk lebih jelasnya kedua faktor tersebut di atas akan diuraikan sebagai berikut :
1. Faktor Internal 
       3
Faktor internal merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap cara belajar seseorang. Yang termasuk faktor internal itu adalah faktor kesehatan, cacat tubuh, inteligensi, perhatian, bakat, minat dan motivasi yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Kesehatan
Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap kondisi belajarnya, siswa yang kurang sehat, keadaan fisiknya lemah, gangguan kesehatan lainnya, tidak dapat berkonsentrasi dalam belajarnya, sehingga hal ini bisa mengakibatkan materi pelajaran sukar untuk diterima dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad bahwa "kelesuan dan kebosanan mengakibatkan manusia kehilangan minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu".[4]
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah salah satu hal yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna terhadap tubuh atau badan, kadang cacat tubuh juga mempunyai pengaruh terhadap belajar karena siswa yang mengalami cacat tubuh, cara belajarnya terganggu. Jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan tersebut. 
c. Inteligensi
Menurut Wechler yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono bahwa : "Inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien." [5]
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama dan merupakan suatu aspek yang dapat menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi akan dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi dan secara potensial dapat meraih prestasi dalam usaha belajar yang dilakukan dari pada siswa yang mempunyai inteligensi yang rendah. Walaupun demikian tingkat inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar, hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.
d. Perhatian
Perhatian merupakan faktor yang berpangaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, apabila seorang siswa memiliki perhatian penuh terhadap apa yang dipelajarinya maka hal tersebut dapat mendukung hasil belajar yang baik sebaliknya jika siswa tidak memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajarinya, maka dapat menimbulkan kebosanan, kemalasan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil belajar.
e. Bakat
Bakat merupakan salah satu potensi yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang pada suatu aktivitas. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda dengan orang lain dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Bakat seseorang itu dipengarhi konstitusi karakternya, bahkan ada kalanya bakat itu dibangun oleh karakternya. Bakat itu sendiri sifatnya hereditas, artinya telah dibawa sejak lahir, dan merupakan kecakapan yang khusus, yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman.[6]
f. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.[7] Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar, bila bahan pelajaran yang disajikan atau diberikan tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak dapat berkonsentrasi dengan sebaik-baiknya, karena tidak mempunyai daya tarik.
g. Motivasi
Motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu seperti pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya seesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas dan bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.[8]

2.  Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar seseorang yang dapat mempengaruhi belajar, Slameto mengemukakan:
Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kelas ataupun diluar kelas sebagai faktor yang berasal dari luar diri dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.[9]
Faktor-faktor tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Slameto adalah sebagai berikut :
a. Faktor keluarga
Sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas masa depan perkembangan anak-anaknya sudah sewajarnyalah mengatur hal-hal yang dapat meningkatkan keberhasilan belajar anak-anaknya. Dengan mengetahinya akan mudahlah orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat memberikan motivasi kepada anak-anaknya tentang hal-hal yang baik. Sebab kebanyakan anak akan memperhatikan hal-hal yang baik haruslah melakukan hal-hal yang baik pula. Pengaruh keluarga meliputi beberapa faktor, yaitu:
1) Cara orang tua mendidik
Orang tua adalah orang yang pertama dan utama dimana anak-anak memperoleh pendidikan, mulai dari lahirnya, bahkan sejak dalam kandungan anak itu sudah diberikan pendidikan oleh orang tua. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya karena acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain, yang kesemuanya itu dapat menyebabkan anak kurang/tidak berhasil dalam belajarnya. Lagi pula mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang kurang baik.
2) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak-anak yang sedang belajar. Selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, perlindungan, kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar dan fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak tidak terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibatnya yang lain, anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan temannya. Hal ini sangat mengganggu belajar anak. Bahkan terkadang anak harus bekerja keras mencari nafkah guna membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja. Justru dengan keadaan tersebut menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya menjadi sukses dalam belajar.
3) Latar belakang pendidikan
Makin tinggi pendidikan orang tua, makin tinggi pula kesadaran akan pentingnya pendidikan anak-anaknya. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi akan mudah pula untuk membagi pengalaman belajarnya terhadap anak-anaknya.
     b. Faktor Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang besar pengaruhnya terhadap hasil belajar anak. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, keadaan gedung dan metode belajar.
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Oemar Hamalik adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan kepada anak untuk melakukan proses belajar secara efektif.[10]
Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu akan terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan aau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
2) Kurikulum
Hilda Taba mengemukakan tentang pengertian kurikulum yang dikutip oleh Drs. H. M. Ahmad, sebagai berikut :
Kurikulum adalah pernyataan tentang tujuan-tujuan pendidikan yang besifat umum dan khas dan materinya dipilih dan diorganisasikan berdasarkan suatu pola tertentu untuk kepentingan belajar dan mengajar.[11]
Jelasnya bahwa kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat menunjang keberhasilan belajar itu sendiri. Oleh karena itu kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik pula terhadap belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya, kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual.
3) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses belajar itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan meyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha untuk mempelajari sebaik-baiknya. Hal itu dapat terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya maka ia akan malas untuk mengikuti pelajaran yang diberikan akibatnya pelajarannya tidak maju.
4) Relasi siswa dengan siswa
Guru yang kurang mendekati siswa akan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sering mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan berbagai alasan yang tidak jelas karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Jika hal itu terjadi, segeralah siswa diberi pelayanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
5) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi dan keberhasilan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain. Kedisiplinan sekolah dalam mengeola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.
Dengan demikian agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.
6) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat kaitannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar, dipakai pula siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasianya, maka  belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
7) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan baik, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
Oleh karena itu, keadaan gedung sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
8) Metode mengajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat dan efektif maka hasil belajar pun akan maksimal. Juga di dalam pembagian waktu belajar, kadang-kadang siswa belajar tidak teratur atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang istirahat, maka akibatnya siswa dapat jatuh sakit. Belajar secara teratur itu sangat perlu. Belajar teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.[12]
c. Faktor lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap  belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat.  Pada uraian berikut ini penulis membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar.
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan peribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyaraakt yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku dan lain-lain. Semuanya itu ada beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas, percabulan, akan cenderung untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun dan bahkan mundur sama sekali.
Maka perlulah kiranya siswa mendapat bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
      a. Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siwa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
Teman bergaul yang tidak baik misalnya suka begadang, keluyuran, pecandu rokok, senang menonton film porno, minum-minum lebih-lebih teman bergaul lawan jenis yang amoral, pemabuk dan lain-lain, pastilah akan menyeret siswa ke tempat bahaya dan pastilah belajarnya jadi berantarakan.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu ketat tetapi juga jangan tertalu lemah).
     b. Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada di situ. Siswa tertarik untuk ikut beruat seperti apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan siswa kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, siswa terpengaruh juga  ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi.[13]
Dengan demikian masyarakat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa, demikian pula siswa akan menjadi anggota bermacam-macam golongan dalam masyarakat. Masyarakat menurut H. Abu Ahmadi adalah "suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya".[14]

B.     Usaha-Usaha Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar erat sekali dengan peranan guru. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan dukungan belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi pada diri siswa untuk mengatasi kesulitan dalam belajar.
Usaha untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis (pemeriksaan yang dianggap tidak beres)[15] dan remedies yaitu melalui proses pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan belajar siswa dapat diatasi.
Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah melalui langkah-langkah sebagai berikut :
       a. Mengindentifikasi adanya kesulitan belajar
Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi atau menetapkan adanya kesulitan belajar pad diri siswa. Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar tersebut tidak boleh berdasarkan naluri belaka, tetapi harus didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman.
Oleh karena itu, makin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru tersebut dalam melaksanakan langkah pertama dari diagnosis kesulitan belajar itu.
Sebagai pedoman untuk menetapkan adanya kesulitan belajar guru dapat menggunakan hasil-hasil post-test dan catatan perilaku siswa yang menyimpang selama dua atau tiga kali pertemuan. Siswa yang selama periode tersebut memperoleh nilai-nilai hasil post-test yang rendah dan ada tanda-tanda menunjukkan perilaku yang menyimpang mereka itu jelasnya siswa yang mengalami kesulitan belajar. Jadi langkah pertama ini diakhiri setelah memperoleh kepastian siapa-siapa siswa yang mengalami kesulitan belajar.
       b. Menelaah atau menetapkan status siswa
Setelah guru mengidentifikasi dan memperoleh kepastian tentang siapa-siapa saja yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka pada langkah kedua ini guru selanjutnya akan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang mengalami kesulitan tersebut. Tujuan menelaah atau memeriksa setiap siswa yang dimaksudkan pada langkah kedua ini ialah untuk menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa.
Untuk memastikan jenis atau kesulitan masing-masing siswa dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan membangingkan hasil pencapaian atau penguasaan TIK (Tujuan Instruksinal Khusus) hasil belajar siswa dengan TIK yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Dengan cara ini dapat ditetapkan bagian-bagian mana atau hal-hal apa saja dari konsep atau materi pelajaran yang disampaikan guru yang sulit dikuasai oleh masing-masing siswa. Kemudian yang kedua, dilakukan dan menetapkan bentu kesulitan mereka dalam proses belajarnya, apakah sumber kesulitan tersebut terjadi pada waktu menerima atau pada waktu menyerap pelajaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dari langkah kedua inilah setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dipastikan jenis dan bentuk kesulitan belajarnya masing-masing.
       c. Memperkirakan sebab terjadinya kesulitan
Setelah jelas jenis atau bentuk kesulitan yang dihadapi setiap iswa dalam proses belajarnya maka pada tahap ketiga ini guru harus berusaha untuk memperkirakan sebab timbulnya kesulitan tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk menetapkan sebab kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat diagnostik kesulitan belajar. Alat tersebut dapat berupa test diagnostik dan test-test  untuk mengukur kemampuan inteligensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera yang erat kaitannya dengan proses belajar.
Berdasarkan informasi dari hasil test tersebut dapat ditetapkan penyebab kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa dalamproses belajarnya, apakah karena alat inderanya yang kurang baik; ingatannya lemah; kecerdasannya kurang; kurang matang untuk belajar karena kurang menguasai konsep dasar yang dipelajari; kurang motivasi dan sebagainya.
       d. Mengadakan perbaikan
Dengan mengetahui sebab kesulitan yang dihadapi oleh setiap siswa maka selanjutnya guru dapat bertindak untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh mereka.
Strategi pelaksanaan yang ditempuh guru dalam mengadakan perbaikan ini harus dilakukan melalui pendekatan didaktis, yaitu: pertama, siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan atau kekurangan mereka. Kedua mereka yakin bahwa kekurangan mereka dapat mereka atasi.
Kedua kondisi psikilogis siswa tersebut harus ditimbulkan pada diri siswa dengan melalui bimbingan dan kebijakan guru. Dan berdasarkan petunjuk dan kebijakan guru itu pulalah prosedur ketiga dilaksanakan yaitu sisw dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi yang mereka alami.

C.     Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja
Dalam menghadapi situasi  yang demikian remaja sering kali memiliki jiwa yang lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, norma agama, norma sosial serta norma hidup dimasyarakat oleh karena itu remaja akan cenderung mempunyai tingkah laku yang tidak wajar dalam arti melakukan tindakkan yang tidak pantas.
Bentuk-bentuk kenakalan remaja itu berbeda, dalam  hal ini Prof.Dr.Zakiyah Daradjat menyatakan: Dinegara kita persoalan ini sangat menarik perhatian, kita dengar anak belasan tahun berbuat jahat, menganggu ketentraman umum misalnya: mabuk-mabukan, kebut kebutan dan main-main dengan wanita.[16]
Apakah yang menimbulkan kenakalan remaja tersebut? Barangkali jawaban pertanyaan inilah yang dapat dipakai sebagai landasan berpijak untuk menemukan berbagai aternatif pemecahannya. Dalam bukunnya “Kesehatan Mental” mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
  1. Kurang pendidikan
  2. Kurang pengertian orang tua tentang pendidikan
  3. Kurang teraturnya pengisian waktu
  4. Tidak stabilnya keadaan sosial, politik dan ekonomi
  5. Banyaknya film dan buku-buku bacaan yang tidak baik
  6. Menyusutnya moral dan mental orang dewasa
  7. Pendidikan dalam sekolah yang kurang baik
  8. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan anak.[17]

Adapun gejala-gejala kenakalan remaja atau siswa yang di lakukan di sekolah jenisnya bermacam-macam, dan bisa di golongkan kedalam bentuk kenakalan yang berbentuk kenakalan ringan. Adapun bentuk dan jenis kenakalan ringan adalah:
    1. Tidak patuh kepada orang tua dan guru
    2. Lari atau bolos dari sekolah
    3. Sering berkelahi
    4. Cara berpakaian yang tidak sopan
Meskipun kenakalan yang terjadi masih dalam bentuk kenakalan yang ringan hal itu sudah termasuk dalam kurangnya penghayatan dan pemahaman terhadap nilai-nilai pendidikan agama islam yang di ajarkan oleh guru agama. Dan hal itu merupakan sifat yang tercela dan tidak mencerminkan etika ajaran agama islam yang baik.
Beberapa faktor penyebab kenakalan remaja yang tampak dalam kutipan di atas dapat diamati bahwa faktor-faktor tersebut bersumber pada tiga keadaan yang terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh karna itu upaya untuk mengatasinya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, guru di sekolah dan masyarakat.
Kegiatan pendidikan di sekolah, sampai saat ini masih merupakan wahana sentral dalam mengatasi berbagai bentuk kenakalan remaja yang terjadi. Oleh karna itu segala apa yang terjadi dalam lingkungan di luar sekolah, senantiasa mengambil tolak ukur aktivitas pendidikan dan pembelajaran sekolah. Hal seperti ini cukup disadari oleh para guru dan pengelolah lembaga pendidikan, dan mereka melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dan memaksimalkan kasus-kasus yang terjadi akibat kenakalan siswanya melalui penerapan tata tertib pembelajaran moral, agama dan norma-norma susila lainnya.
Oleh karma itu kedudukan guru terutama guru agama memiliki peran yang sangat penting dalam turut serta mengatasi terjadinya kenakalan siswanya, sebab guru agama merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan menanamkan norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan baik di dunia maupun di akherat.

D.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerumitan dan Luasnya Peran Psikolog di sekolah
1. Tingkat Pelayanan (Jack I. Baron (1982),) 
ü  Tingkat I (psikodiagnostik); meliputi pelayanan tes kecerdasan, kemudian pemberian laporan tertulis yang memberi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap oleh tes tersebut. 
ü  Tingkat II (klinis dan konseling); perhatian psikolog sekolah terhadap anak didik bersifat menyeluruh, yang mana membantu pihak sekolah dalam menyelesaikan berbagai masalah kesmen yang dihadapi anak. Pada tingkat ini peran psikolog erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan masalah yang berkaitan dengan kelas.
ü  Tingkat III (indusrti dan organisasi); dalam hal ini psikolog ikut terlibat dalm tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah, dalam pengembangan dan evaluasi program serta pelayanan sekolah,dapat berupa; supervisi, pendidikan, konsulatan bagi kariawan edukatif maupun nonedukatif (membantu malakukan seleksi, penempatan, serta urusan-urusan personalia lain), dan bekarja sama dengan ahli-ahli lain dalam masyarakat.
2. Kegiatan professional
Berpartisipasi dalam diagnosis, intervensi langsung, konsultasi, pendidikan, evaluasi dan pelacakan kembali terhadap hasil penanganan. Semakin tinggi tingkat fungsi pelayanan, maka semakin banyak tugas-tugas pokok dilaksanakan, sedangkan tingkat rendah hanya sibuk dengan pengukuran/ diagnosis, tingkat tertinggi lebih bervariasi fungsinya dan membutuhkan kegiatan professional yang bervariasi juga, berdasar kebutuhan sekolah, bergantung pada kompetensi dan minat psikolognya.
3. Klien langsung
Berhadapan dengan: 
  • Murid secara perorangan, kelompok murid, murid per kelas 
  • Guru secara perorangan, kelompok guru 
  • Tenaga administrasi
4. Tingkat program pendidikan
Terdapat kesulitan dan kerumitan dalam setiap tingkat pendidikan yang ditinjau dari aspek kognisi,bentuk tugas-tugas mengajar, organisasi sekolah dan pengelompokan murid-murid, serta ciri-ciri khas perkembangan dalam masyarakat, berinteraksi dan menghasilkan klien-klien yang berbeda kebutuhan psikologiknya, serta perbedaan harapan dan peran pelayanan psikologik yang diinginkan.
5. Kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah
Bentuk lain dari fungsi dan tanggung jawab seorang psikolog sekolah bergantung pada ciri-ciri khas, formal-nonformal, sumber dana sekolah, daerah lokasi sekolah, suku/agama/ ras/ golongan tang memanfaatkan jasa psikolog sekolah.
Ø  Psikolog Masyarakat
Dalam hal ini psikolog masyarakat berfungsi sebagai konsultan luar yang membantu mengembangkan, menyusun program, mendirikan, dan mengevaluasi program pendidikan, bekerjasama dengan personalia sekolah.
Ø  Psikolog Pendidikan
Seorang psikolog pendidikan harus tahu dan memahami kondisi siswanya, memahami perbedaan individual, implikasi perbedaan fisikdan psikologik antara laki-laki dan perempuan, dan perbedaan peran dan harapan antar keduanya. Selain itu psikolog pendidikan perlu terlibat dalam perencanaan kurikulum dan prosedur mengajar-belajar yang didasari ilmu mengenai belajar dan perlu penelitian-penelitian untuk menguji evektifitas prosedur didalam situasi sekolah.
Ø  Peran Dalam Pengukuran dan Evaluasi
a.       Pengukuran kesiapan pendidikan; meliputi kemampuan dan keterampilan sebagai prasyaratan yang memungkinkan fasilitas pendidikan pada tingkat pelajaran dengan tes potensi akademik atau tes kemampuan belajar.
b.      Pengukuran prestasi belajar, berfungsi:
v   Fungsi instruksinal, sebagai umpan balik bagi guru dan siswa, atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelajaran atau keperluan perbaikan proses pengajaran. 
v   Fungsi adminisrtatif, meliputi; seleksi dan penempatan sebagai sarana untuk menaring siswa dalam memenuhi prasyarat yang dibutuhkan atau memasukkan siswa dalam tingkat kelas tertentu,. 
v   Fungsi bimbingan,tes juga dapat dijadikan sebagai alat diagnostic psikoedukasional dalam bentuk bimbingan,yang dapat digunakan saat memilih jurusan diperguruan tinggi, menemukan kemampuan-kemampuan yang belum tampak sebelumnya.
Ø  Psikologi Proses Mengajar-Belajar
a. Agar mempermudah dan mengarahkan proses belajar bagi siswa
b. Tugas-tugas diatur dalam urutan yang optimal yang membentuk hirarki belajar.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yakni faktor internal dan faktor eksternal.
2.      Usaha-usaha dalam mengatasi kesulitan belajar yakni; mengidentifikasi adanya kesulitan belajar, menelaah atau menetapkan status siswa, memperkirakan sebab terjadinya kesulitan,dan mengadakan perbaikan.
3.      Faktor-faktor yang menyebabkan kenakalan remaja yaitu kurangnya pendidikan, kurang pengertian orang tua tentang pendidikan, kurang teraturnya pengisian waktu, tidak stabilnya keadilan sosial,politik dan ekonimi, banyaknya film dan buku –buku bacaan yang tidak baik, menyusutnya moral dan mental orang dewasa, pendidikan dalam sekolah yang kurang baik, serta kurangnya perhatian masyarakat dam pendidikan anak.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kerumitan dan luasnya peran psikologi di sekolah yakni; diliaht dari tingkat pelayanan yang diterapkan di sekolah, kegiatan profesionl,klien langsung yang ditemui, tingkat program pendidikan yang diterapkan dilingkungan sekolah, serta kekhasan lingkungan masyarakat dan sekolah.
B.     Saran
Adapun dalam penyusunan makalah ini, makalah ini masih disertai dengan banyak kekurangan, baik dari segi penulisan maupun teori pembahasannya. Maka dari itu, penyusun banyak mengharapkan saran, masukan, atau kritikan dari pembaca. Terimah kasih dan wassalam.

      24